Jumat, 09 April 2010

arti sahabat

Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.

Apa yang kita alami semi teman kadang-kadangf melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan,tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya......

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikian sahabat menajamkan sahabatnya.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, Justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus Pukulan dengan sebuah ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetian,tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian,pertolongan dan pernyataan kasih dari orang lain,tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.Kerinduan adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya,karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.

Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkanya.banyak pula orang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikianati sahabatnya.

Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan.Siapa yang berada disamping anda??????? Siapa yang ,mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai????? Siapa yang ingin bersama anda saat anda tidak bisa memberikan apa-apa???

Persahabatan ( Sahabat Sejati)

Sampai kemarin kadang aku masih bertanya - tanya, apa itu persahabatan sejati? Bukan karena aku tak tahu artinya, tapi karena aku menyangsikan keberadaannya. Sering aku bertanya - tanya, di mana kalian sahabat - sahabatku saat aku membutuhkan kalian? Sering juga yang aku temui justru orang lain, dan bukan keberadaan kalian di saat aku berharap kalian ada. Sejujurnya, aku menjadi tak seyakin saat aku menjawab “Pasti!” sembilan tahun yang lalu, untuk sebuah pertanyaan yang sama, ”Apakah kita akan menjadi sahabat sejati selamanya?”

Sering aku begitu merindukan waktu di mana kita bisa bersama - sama seperti dulu. I know, it sounds cheezy, but it is true. Saat kita bisa berbicara dari hati ke hati, saat kita membela dan menguatkan setiap orang dari kita yang sedang dihadapi pada masalah, saat segalanya terasa begitu mudah selama kita bersama. Sungguh, aku merindukan saat – saat itu.

Tapi aku juga mengerti apabila suatu hari nanti, semua itu hanya akan menjadi kenangan kita. Aku pun mengerti apabila nantinya kita berkumpul hanya karena kenangan masa lalu, karena manusia memang hidup dengan berpegangan pada kenangan dan takkan mungkin melepaskannya dengan melupakan. Namun jauh di dalam lubuk hatiku, aku berharap kita berkumpul bukan hanya sekedar untuk mengenang. Aku berharap, 'kita' bukan sekedar kenangan.

Kemarin malam ternyata aku mendapatkan jawabannya. Persahabatan sejati, mungkin itu terlalu muluk, karena kita belum sejati. Tapi saat kita semua mengusahakan untuk bertemu meskipun harus menunggu berjam - jam, lalu kita bisa berbicara panjang lebar, melewati tahun - tahun yang terlewati tanpa 'kita', melewati ketidak tahuan yang menumpuk, melewati segala batas profesi maupun batas negara, dan kembali menjadi kita yang dulu.., bagiku itu sudah lebih dari cukup.

Kupikir, hanya sahabat sejati yang mampu untuk mengatakan terus terang kekhawatirannya dan tetap mendukung apapun yang terjadi pada sahabat lainnya. Dan itulah yg terjadi kemarin malam. Kita semua saling mendukung dengan cara kita masing – masing. Aku mendengar suara hati dan kejujuran. Aku mendengar banyak kekecewaan, kesedihan, dan kekhawatiran.

Kurasa itu sangat wajar dan bukankah saling menyakiti memang merupakan salah satu syarat utama untuk bisa menjadi sahabat sejati? Karena semua tumpukan kekecewaan, kesedihan, kekhawatiran, dan sakit hati itu..justru menunjukkan porsi yang terbesar untuk cinta dan perhatian. Itu semua sangat jauh lebih dari cukup bagiku. Dan kurasa kalian pun merasakan yang sama.

Dua bulan ini adalah dua bulan yg paling menyenangkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, karena dua orang yang aku rindukan pulang, dan dalam dua bulan ini ada banyak masa - masa kebersamaan yang terlewati bisa sedikit terkejar. :)

Bohong kalau kukatakan bahwa selama ini aku tak khawatir kita akan berubah termakan waktu dan jaman. Bohong juga kalau kukatakan aku tak pernah kecewa dengan ketidak adaan kalian dalam waktu dan sebagian hidupku. Tapi bohong juga apabila kukatakan aku selalu menyediakan waktu untuk kalian. Kupikir, setiap individu dari kita semua memang manusia - manusia yang tidak sempurna, tapi KITA BERLIMA sempurna. Paling tidak begitu menurutku.

Dari antara semua kejadian di dalam hidupku, bersama kalian adalah sesuatu yg tidak pernah membuatku menyesal dan kupikir, mungkin takkan bisa tergantikan. :) Dulu, sekarang, dan semoga...sejati.

PS:Aku mengerti betapa sulitnya kita sekarang untuk memeluk satu sama lain.
Tapi aku juga mengerti, betapa inginnya kita memeluk erat - erat satu sama lain. :)
Dan itu cukup bagiku.

Cinta… Apa gerangan cinta itu? Mengapa harus bercinta? CINTA, topik yang selalu jadi omongan remaja. Semua orang senang bicara cinta. Film-film atau

Cinta…

Apa gerangan cinta itu?
Mengapa harus bercinta?

CINTA, topik yang selalu jadi omongan remaja. Semua orang senang bicara cinta. Film-film atau tayangan bertema cinta nggak sepi dari penonton. Lagu-lagu percintaan disukai jutaan pendengar, dan novel-novel kisah romantis laris manis di pasaran.

Sekarang giliran ilmu yang bicara seputar percintaan. Bercinta, mencintai, dicintai, jatuh cinta, mabuk cinta, dan sejenisnya. Atau kenapa putus cinta? Kenapa si-dia menolak cintamu? Serentetan pertanyaan mengenai cinta dapat terjawab dalam buku ini.

Buku ini juga mempunyai nilai plus. Dengan memiliki dan membaca langsung buku bercover dominan putih-merah ini, kamu bisa menjadi “Dokter Cinta” sekaligus “Peneliti Cinta” buat kamu, keluargamu, temanmu, dan juga “musuh-musuhmu”. Hahaha, lebai yah? Sip. Nggak bakalan rugi deh pokoknya

pacaran

Buku Pacaran Silami


YANG namanya pacaran, memang udah menjadi style hidup anak muda zaman sekarang. Zaman dulu, juga ada. Tapi nggak se-ngetren zaman sekarang ya. He he he…

Nah, buat yang punya pacar, apakah hubungan yang selama ini kamu jalani, halal atau haramkah? Ayo?
Banyak anak muda zaman sekarang, yang menyalahkan arti dari sebuah hubungan dalam pacaran itu. Katanya, kalo udah pacaran, ya udah, bisa mengelakuin semaunya berdua.

Akibat terpengaruh dari budaya luar merupakan salah satu alasan hubungan dalam pacaran itu disalahgunakan. Pun kurangnya bimbingan dari orangtua. Iman yang kurang kuat juga termasuk.Nah, buat para remaja yang ingin pacarannya nggak mengundang dosa, alias halal baca deh buku Pacaran Islami karangan Abu Vina Hamidah. Buku ini mengupas habis masalah berpacaran yang nggak mengandung dosa. Yups, sebagai buktinya, buku ini juga dilengkapi dengan kisah asmara nabi-nabi kita, seperti Nabi Yusuf dan Zulaikha berpacaran, Nabi Musa dan Shafura, sampai Nabi Muhammad SAW dengan Siti Khadijah.

Ups, buku ini ngajarin kamu untuk lebih baik lagi menjalani kehidupan di dunia, khususnya dalam hubungan berpacaran. Jadi, nggak usah pikir panjang dan nggak boleh malu kalo kamu baca buku ini. Ya, dibilang yang sok-sok alim gitu deh. Hehehe..Untuk yang lebih baik, nggak ada salahnya untuk kamu ketahui. Malah itu memberikan dampak positif bagi kamu.

kumpulan animasi


Sweet things are easy 2 buy,
but sweet people are difficult to find.
Life ends when u stop dreaming, hope ends when u stop believing,
Love ends when u stop caring,
Friendship ends when u stop sharing.
So share this with whom ever u consider a friend.
To love without condition... ......... .........
to talk without intention... ......
to give without reason...... ......and
to care without expectation. ......is the heart of a true

. . . b